Selasa, 03 April 2012

Soekarno dan Marhaenisme Indonesia

Adakah masyarakat Indonesia yang tak kenal Soekarno? Tentu saja tidak ada. Soekarno adalah tokoh politik  Indonesia yang sangat inspirasional.
              Keberadaan Soekarno sebagai sosok Founding Fathers tak akan pernah lepas dari peran dan pengaruh politiknya sebagai sosok kaum intelektual muda pada masa politik etis Belanda.
             Soekarno yang saat itu berkuliah di Bandung mendapatkan pengaruh pergerakan politik yang sangat besar dalam menentang pemerintahan Belanda. Kemampuannya berorasi, dan pemahamannya terhadap apa yang terjadi pada bangsanya pada masa penjajahan kolonial Belanda, membawanya lebih mendalami tentang pengaruh dari tokoh- tokoh revolusionis dunia.
        Pengaruh politik Soekarno ketika berada di Bandung dan Surabaya semakin menunjukkan sosoknya yang Non-Kooperatif terhadap kekuasaan kolonial Belanda. Soekarno menjadi penentang keras terhadap pemerintah kolonial Belanda bersama tokoh- tokoh Non-Kooperatif lainnya. Sikapnya ini dianggap oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai ancaman baru. Beberapa kali Soekarno diasingkan di beberapa daerah di Indonesia seperti Ende, Boven Digul dan Bengkulu. Hal ini tidak menyurutkan perjuangannya dalam menciptakan Indonesia yang bebas dari penjajahan. Menjelang kemerdekaan peran Soekarno amat penting dalam perumusan dasar-dasar negara beserta proklamasi kemerdekaan Indonesia. Beliau juga mencetuskan dasar negara Pancasila sebagai kesatuan yang utuh yang tetap dipegang sebagai dasar negara oleh bangsa Indonesia hingga saat ini.
          Pengaruhnya pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan, membawa Soekarno pada sebuah kekuasaan baru, yaitu sebagai seorang Presiden. Soekarno diangkat menjadi Presiden setelah Indonesia benar-benar merdeka dan lepas dari belenggu penjajahan pemerintahan kolonial. Pada masa pemerintahannya Soekarno selalu menyerukan orasi- orasinya yang revolusioner pada radio lokal .
          Aksi propaganda Soekarno untuk mendapatkan pengaruh dari masyarakat tidak hanya sampai disitu, Orasinya terkait penolakan pengaruh asing pun juga selalu dilontarkan pada semangat Neo Liberalisme, salah satunya dengan slogan penggeraknya “Amerika kita setrika, Inggris kita Linggis, Jepang kita Tendang”. Dalam seruan Soekarno menentang pengaruh liberalisasi masuk ke Indonesia, Soekarno mengatakan bahwa Indonesia mampu menjalankan usaha yang berdikari (berdiri di bawah kaki sendiri) dengan kekayaan alam Indonesia yang melimpah. Pengaruh asing tak akan mempengaruhi Soekarno untuk menjual Indonesia sebagai salah satu negeri yang memiliki kekayaan alam melimpah kepada pihak asing. 
         Dibalik kehidupan politiknya yang begitu luar biasa, dalam kehidupan pribadinya, Soekarno memiliki banyak istri dan banyak membangun istana untuk keperluan pribadinya. Kehidupan mewahnya ini ternyata berdampak terhadap kekuasannya.
         Menjelang berakhirnya masa kepemimpinan Soekarno, berbagai kebijakan yang dibuatnya mulai berkurang pengaruhnya kepada masyarakat,  karena pada saat itu masyarakat sedang berada di bawah naungan PKI, salah satu partai terbesar di Indonesia selain Masyumi dan NU. Hal ini tentu menjadi pukulan besar bagi Soekarno yang sudah merasakan kepemimpinan sebagai bagian hidupnya.
        Banyak pengaruh- pengaruh yang melihat sosok Soekarno dari seorang  yang Revolusionis menjadi sosok yang diktaktor bagi masyarakat Indonesia. Akhirnya pada tahun 1966, mahasiswa menurunkannya dari pemerintahan Indonesia.
      Sosok Soekarno banyak mengilhami masyarakat Indonesia. Keinginannya untuk melepaskan Indonesia dari segala bentuk penjajahan dan keberaniannya untuk melakukan konfrotasi dengan Malaysia, Amerika Serikat, Jepang dan Inggris membuat banyak orang yang terkagum akan ketegasannya sebagai sosok Founding Fathers. Semangat orasinya mampu membakar semangat nasionalisme masyarakat Indonesia saat itu.
          Pemikiran Soekarno agar masyarakat Indonesia dapat berdiri di bawah kaki sendiri tanpa pengaruh asing merupakan pelajaran berharga bagi Indonesia saat ini, untuk dapat mengelola perekonomian mandiri dan mensejahterakan masyarakat Indonesia.
        Soekarno merupakan sosok yang tak akan pernah lepas dari paham nasionalisnya. Semangat nasionalisme Soekarno selalu tercerminkan pada ajaran Marhaenismenya. Lalu apa sebenarnya ajaran Marhaenisme itu sendiri? Dari mana Soekarno memiliki konsep pemikiran terhadap kaum petani dari ajaran Marhaenisme itu sendiri?
        Banyak yang menyebutkan Marhaenisme berasal dari sosok petani yang ditemui Soekarno ketika semasa sekolah di kota Bandung. Sosok petani yang bernama Marhaen menjadi inspirasi Soekarno untuk membuatnya menjadi  lambang rakyat Indonesia. Sejak saat itu Soekarno menyebut orang Indonesia yang bernasib sama seperti petani tersebut sebagai kaum Marhaen.
            Sosok petani inspiratif tersebut, sangat gigih dalam mengusahakan sebidang tanah yang begitu kecil sebagai tempat untuk mencari kehidupan bagi dirinya dan keluarganya. Mereka adalah korban- korban dari sistem feodal, dimana pada awalnya petani diperas oleh bangsawan yang pertama, dan seterusnya sampai anak cucunya selama berabad- abad.
         Pada intinya Soekarno selalu mengartikan setiap masyarakat Indonesia yang bernasib sama seperti Marhaen, merupakan sosok dari ajaran Marhaenisme itu sendiri. Terkadang Soekarno juga mengartikan rakyat Indonesia yang berada di bawah pengaruh imperialisme perdagangan Belanda sebagai kaum Marhaen.
Perkataan Marhaenisme adalah lambang dari penemuan kembali kepada kepribadian nasional sebagai bangsa Indonesia. Begitu pula soekarno memperhatikan perkataan tanah air sebagai satu perlambang dari keberadaan identitas Indonesia, sebagai bangsa yang kaya dan memiliki banyak kaum Marhaen.
          Marhaenisme dalam pandangan Soekarno merupakan paham yang tak akan pernah lepas dari keberadaan rakyat Indonesia. Keinginan Soekarno untuk menyejahterakan kaum Marhaen sebagai kaum yang tertindas dan tertinggalkan dari pengaruh- pengaruh kekejaman imperialisme dan kapitalisme bangsa kolonial cukup besar. Hal ini membawa Soekarno untuk melakukan sebuah pergerakan Revolusionis demi perubahan kaum Marhaen dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
          Keinginan untuk merdeka dan melepaskan bangsa Indonesia dari segala bentuk pengaruh penjajahan, membuat Soekarno dan Marhaenismenya sebagai sosok yang dikagumi oleh banyak orang. Walaupun  Soekarno tidak lagi mendapatkan pengaruh yang cukup kuat menjelang jatuhnya rezim orde lama tahun 1966, namun pengorbanannya sebagai sosok Founding Fathers tidak pernah akan terlupakan oleh masyarakat Indonesia.
      “Kencintaan dirinya terhadap kaum tertindas tidak akan pernah luntur, akan selalu tergambarkan dalam setiap lukisan dan garis wajahnya, hanya satu keinginannya pada Indonesia agar terlepas dari penindasan dan penjajahan sehingga mampu berdiri sendiri sebagai bangsa yang merdeka dan sejahtera”. (Angga, GSM)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Kata-kata "....dan banyak membangun istana untuk keperluan pribadinya..."

Ucapan Antek Nekolim

Blogger news